Indonesia, kalau gede mau jadi apa?


Apa sih yang terbersit di pikiran kalian ketika mendengar kata NASIONALISME ?. Saya pribadi masih mengaitkannya dengan bangsa atau negara, walaupun pada akhirnya tahu kalau itu salah kaprah. Hal ini disebabkan oleh banyaknya penggunaan kata nasionalisme yang tidak tepat penggunaannya pada sebuah berita atau dalam suatu kalimat. Terlepas dari maknya sebenarnya yang adalah suatu ideologi yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan suatu konsep identitas bersama untuk sekumpulan manusia. Panjang ya? *iya, saya juga tahu*. Mungkin juga begitu untuk sebagian besar orang. Orang-orang yang skeptis dan apatis terhadap kelangsungan bangsa dan negaranya. Intinya, nasionalisme itu adalah sebuah paham yang menyatukan perbedaan. 

Berbicara tentang nasionalisme, khususnya di Indonesia dengan anak muda sebagai sasaran target obyeknya, saya merasa sangat bersyukur masih ada segelintir orang-orang yang memiliki niat dan keinginan untuk merubah hal-hal yang membuat rasa cinta kepada Indonesia agar tidak terkikis. Walaupun kondisinya sangat memprihatinkan,  Indonesia tetap sebuah identitas untuk semua warga negaranya. Separah apapun kualitas manusia yang memimpin dan berwenang, Indonesia tetap harus dibela. Kita hanya tidak tahu harus memulai darimana perubahan yang kita harapkan. Ibaratnya harus mengulur benang kusut, kita bingung untuk menemukan ujungnya.

Melakukan suatu perubahan memang tidak semudah membalik telapak tangan, hasilnya pun tidak sekejap mengedipkan mata. Semua harus diawali dengan niat, dengan harapan yang tidak terbatas dan mulai melakukan sesuatu. Apapun sebisa kita. Kebanyakan cuman bisa ngomong tapi tidak melakukan apa-apa. Golput ketika pilkada atau pemilu bukanlah jalan keluar. Kita akan seperti tikus yang tersesat di labirin. Berputar di tempat yang sama berkali-kali tanpa hasil. Tapi hakikat kita sebagai manusia tidak sama dengan tikus. Niat dan usaha kita harus berbanding lurus dengan doa. Saya cukup yakin Soekarno dulu mengucap doa untuk kelangsungan bangsa ini sebelum akhirnya mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Membeli produk Damn! I Love Indonesia bukanlah langkah untuk melakukan perubahan bagi bangsa. Merek ‘Damn! I Love Indonesia’ untuk saya bukanlah wujud cinta Indonesia dari diri seseorang. Menurut pendapat saya, clothing line tersebut adalah bentuk nyata dari nasionalisme yang berbelok menjadi bisnis komersial. Sebagai gambaran, seorang anak muda membeli satu buah kaus D! ILI, tapi anak muda ini memilih golput ketika pilkada/pemilu. Bagi saya, kaus seharga ratusan ribu tersebut bukanlah bentuk cinta tanah air yang sebenarnya. Ini sudah menjadi urusan prestige dari apa yang dikenakan seseorang.

Bentuk nasionalisme Indonesia yang nyata dan ada adalah Pancasila. Banyak yang tidak sadar,  Pancasila lebih dari sekedar 5 butir hasil pemikiran orang-orang yang mendirikan dan membangun bangsa ini. Pancasila adalah dasar negara kita, Indonesia, yang menurut saya sekarang mulai luntur peranannya. Tahu darimana?. Saya pernah menonton salah satu program televisi swasta yang melakukan survey acak pada orang-orang yang secara acak dan asal ditemui dijalan. Entah karena shock karena tiba-tiba dirubung kamera, gugup dll..yang pasti banyak dari orang-orang tersebut dengan usia yang relatif masih muda, tidak hapal isi dari 5 butir Pancasila. Mengutip quote dari Presiden SBY, “saya prihatin.” Iya, keadaan ini sangat memprihatinkan. Kalau dasar negara saja sudah terlupakan, langkah untuk melakukan perubahan dari banyak hal-hal kotor di negara ini juga semakin buntu. Indonesia dikagumi sebagai negara yang demokratis karena adanya Pancasila. Kita semua yang pernah menjalani wajib sekolah 9 tahun pasti mengerti benar apa dasar dan inti dari pelajaran PPKN (yang setiap beberapa tahun pasti ganti nama pelajarannya), yaitu Pancasila. Kita mengerti tapi mungkin kita lupa untuk mengamalkan isi dari pelajaran itu. Kenalilah, pahamilah dan lakukanlah sesuatu demi Indonesia. Demi apa yang selamanya menjadi identitas kita. Cheers ! 

ps : Dirgahayu Republik Indonesia yang ke 67 *kadang ngeselin tapi semoga ga (selama-lamanya) malu-maluin*  :)

0 comments: