Menjadi dewasa. Judul lagu?. Iya sih, tapi tulisan ini bukan tentang lagu itu. Menjadi dewasa adalah kata-kata yang pertama kali muncul sesampainya saya di rumah setelah menghabiskan waktu bersama teman-teman kemarin malam. Kami semua (atau sebagian besar dari kami) sudah berubah menjadi orang dewasa. Kuliah selesai, wisuda, cari kerja dan mulai bekerja untuk menafkahi hidup. Saya merasa sedikit belum siap untuk masuk ke fase ini. Bukan karena tuntutan kepengen selalu kelihatan muda, lupa umur atau ga mikir masa depan. Tapi lebih karena saya merasa waktu berlalu semakin cepat. Macam tanda-tanda kiamat itu loh. 

Kayaknya baru beberapa saat yang lalu saya ngotot-ngototan sama ortu kalau saya ini pengen mereka menganggap saya ini sudah dewasa. Semua yang pernah remaja pasti pernah mengalami hal semacam ini. Meminta pengakuan bahwa mereka udah gede, udah dewasa. Jadi geli sendiri rasanya, remembering those ol' days back when I was a teenager. Saya menghabiskan masa remaja menuntut kepercayaan dari orang tua untuk bisa melakukan ini dan itu, padahal sebenarnya disuruh cari uang sendiri buat paling nggak makan sehari sekali aja belum sanggup. Sekarang saya baru paham, dewasa adalah ketika seseorang diberi kepercayaan melakukan apapun yang dia mau, tanpa harus meminta pengakuan atau kepercayaan itu sendiri. Menjadi dewasa adalah ketika kalian akhirnya bebas melakukan segala sesuatunya dan yakin mampu bertanggung jawab atas semua tindakan kalian. Ini bukan pelajaran PPKn,tapi ya kira-kira gitu sih.

" tua itu pasti, dewasa itu pilihan 

Iya, dan sunat lagi itu harus dipikir dua kali *sekilas info*. Well, itu kata orang-orang sih. Entahlah, tapi kata "DEWASA" ini kayaknya ga mau hilang dari kepala saya. Menerima kenyataan bahwa di umur yang semuda ini (ciyeee, muda) teman-teman saya sudah banyak yang menyelesaikan kuliahnya, keterima kerja, pindah ke luar kota atau menyebar undangan menikah ini harusnya bukan hal yang sulit. Harusnya sudah ketebak karena mereka sudah dewasa dan menentukan pilihan untuk hidupnya masing-masing. Tapi perasaan ketinggalan atau yeah...merasa tertinggal itu ga bisa dicuekin begitu saja. Ini bukan perihal mampu atau tidak mampu, cuman masalah kanan dan kiri dalam membuat suatu keputusan.

Saya duduk santai, ngobrol dan bercanda sama teman-teman yang saya kenal sejak awal masuk dunia perkuliahan. Mulanya topik pembicaraan yang kita bahas adalah topik omong kosong saling menyindir si itu dan si ini. Sampai pada akhirnya terkuaklah fakta bahwa salah satu dari kami minggu depan ada yang mau pindah keluar kota untuk training kerjaan. Saya  sempat menanyakan salah satu teman yang memang tidak datang dan jawaban yang saya terima adalah, "adys ga bisa ikut, soalnya dia kerja." Ummhh..okay.
Setelah acara ramah tamah selesai, saya pulang bareng salah satu teman, Mario. Topik yang kita omongin sepanjang perjalanan pulang masih juga menyangkut kerjaan. Ini adalah perubahan yang drastis, karena biasanya yang kita obrolin sepanjang jalan pulang ga pernah jauh dari gosip dan lawan jenis. Sekarang yang kita obrolin adalah pekerjaan. Iya yo', sekarang kita semua sudah dewasa dan iya, kita semua harus siap, menjadi dewasa. 

0 comments: