Wishing You A Very Merry Christmas


20.12.2012. Tanggal cantik, katanya sih begitu. Tapi tanggal 20 Desember is just another day to celebrate life that has been good to me. Woke up early in the morning, had my favourite breakfast which is the perfect combo of nutella & skippy toast and a cup of café au lait adalah dua hal sederhana yang sangat saya syukuri setiap harinya. Kenyataannya, kemarin saya dikejutkan dan dibuat jengkel karena satu hal yang tidak ada habisnya.






Negara ini berubah menjadi mengerikan. Dimananya?. Di titik memudarnya toleransi beragama. Seorang pemimpin agama memberikan instruksi untuk tidak menghargai kebahagiaan umat beragama lainnya. Membaca berita ini membuat saya merasa tidak nyaman sebagai warga negara Indonesia. Karena ada beberapa detik yang saya rasakan, bahwa saya terancam jika saya mengucapkan Selamat Natal kepada keluarga dan teman-teman saya yang merayakannya. Saya kurang memahami letak permasalahan dari halal dan haramnya mengucapkan Selamat Natal. Kepala maupun hati kecil saya berkata bahwa tidak ada yang salah dari itu semua. 

Saya mengajak Mimo untuk berdiskusi tentang masalah ini. Bagaimanapun, saya menganggap beliau lebih paham tentang agama. Compare to who?. To me, of course. Saya dan kepercayaan Agnostik dan paham pluralisme beradu mulut (dalam konteks yang positif dan ehem..sopan) dengan Mimo yang Islamnya saklek. Kalo kita bukan Ibu dan anak bisa dipastikan di akhir diskusi kita bisa bunuh-bunuhan (KIDDING! I am not that crazy to kill my mum). Pada intinya poin argumen saya adalah kalau memang seseorang itu beragama, maka yang paling benar adalah Tuhan yang ia sembah dan kitab suci agamanya. Saya menekankan bahwa pemimpin agama/ulama/kyai tidak selalu benar. Karena manusia tidak dimaksudkan untuk benar-benar memahami Tuhan, sebab pengetahuan manusia terbatas. Well, Father Mertens said that to Soegijapranata back when he was a student at Xaverius College. Akhir dari diskusi saya dan Mimo adalah, "ya sudahlah. Kembali saja ke Pancasila bahwa Tuhan yang Maha Esa," kata Ibu. I hung up the phone with a big smile, realized that she understands me eventually.

Beberapa teman lama yang beragama Nasrani pun menanyakan tentang pendapat dan posisi saya dalam gunjang-ganjing fatwa MUI yang bagi saya kepanjangannya adalah Morons United (made in) Indonesia. I'm not taking sides here, fellas. It's just I never  agreed with whatever MUI say or decide. Orang-orang seperti Ma'ruf Amin tidak seharusnya diberi  kewenangan untuk memimpin atau bahkan mengatur. Stupid.

Secara tersirat, makna Natal itu sangat indah. Natal adalah damai. Berdamai dengan diri sendiri terlebih dahulu, lalu berdamai dengan orang lain. Dengan begitu, dunia akan damai dan semua umat hidup tenteram dalam kasih Allah. Natal adalah kasih. Hadiah Natal yang paling berharga adalah kasih, tidak berasal dari toko atau yang seharga ratusan ribu. Why don't we give love on Christmas day?. Natal adalah hari untuk berbagi. Berbagi doa dan berbagi suka cita. Tidak perlu menjadi kaya raya untuk memberi, hati yang kaya akan kasih tidak akan pernah habis untuk selalu berbagi. 

So...here it is...



http://8tracks.com/azalea-aya/25-joys-and-one-wish-to-a-holly-jolly-christmas

Hey! You can click the image and listen to my "25 Joys and One Wish To A Holly Jolly Christmas" playlist on 8tracks

0 comments: