Merdeka?, masih jauh..


     Kemarin, tanggal 17 Agustus 2013.  Saya bangun rada pagi dari hari biasanya dan sejak saya buka mata, ngecek email dan ehem..social media, saya udah baca banyak banget postingan "Dirgahayu Indonesiaku blablabla", "selamat hari kemerdekaan Indonesia yadayadayada". Bukannya sok anti mainstream, tapi saya langsung eneg sepenuh mati bacanya. Skeptis?, apatis?, ngga tau juga ya. Tapi masalahnya, teman-teman saya ini mengerti tidak esensinya merdeka?. Beda manusia, beda isi kepalanya. Saya nulis ini dengan penuh kesadaran untuk nyinyir sih. Jadi ya maaf sebelumnya kalau postingan kali ini penuh dengan kesinisan setingkat kotamadya. 

     Merdeka. Tiap kali dengar kata yang satu ini saya selalu ingat Bung Tomo. Iya, Bung Tomo yang pidato dengan semangat berapi-apinya itu legend abis. Bung Tomo who always took the blame everytime I said, "Inggris diusir dari Indonesia, itu semua salah Bung Tomo!." Merdeka, artinya bebas; berdiri sendiri; tidak terikat; tidak bergantung kepada orang lain atau pihak tertentu. Yakin, Indonesia sudah sampai kepada hakikat kata merdeka itu sendiri?. Indonesia masih tergantung sama World Bank untuk segala hal berbau finansial karena mereka tidak bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Indonesia masih terikat dengan hukum abal-abal bin kacrut yang sampai detik ini tidak bisa mereka jalani dan patuhi. Bagian mana dari Indonesia yang sudah merdeka?. 

     Tahun lalu, saya masih bisa nulis postingan berbau kemerdekaan Indonesia yang masih ada positifnya. Karena setelah sekian lama skeptis, berubah jadi apatis, masa iya saya ngga boleh berharap barang sedikit aja kalau tanah air bisa menjadi lebih baik dalam segala hal. Tapi mungkin, setahun ini waktu yang kurang lama ya untuk memberi Indonesia ini sebuah kesempatan berubah from zero to hero. Jadi aja kejadian saya nulis penuh kenyinyiran gini. Mikirin hal beginian, itu bukan tugas saya sebagai mahasiswi tingkat akhir yang lagi blibet ngerjain skripsi. Mikirin hal beginian, ga bikin skripsi saya kelar dalam waktu seminggu. Mikirin hal beginian adalah tugas Presiden kita yang lagaknya klemar-klemer tapi ternyata mafia. Jabatan aja Presiden padahal kerjaannya tidak lebih mulia dari preman yang hobi nodong sana sini. Terus semuanya salah Presiden?. Tentu tidak. Coba kalian ngaca lagi deh. Melaknat pemerintahan yang berwenang tapi tidak melakukan apa-apa. Kebanyakan orang mungkin ngga sadar kalau Indonesia ini udah kaya Gotham di film The Dark Knight. Kejahatan dimana-dimana tanpa ada satupun pahlawan yang bisa menolong, sampe akhirnya Yang Mulia Bruce Wayne lahir sebagai Batman. "Kejahatan ada karena dimaklumi oleh masyarakat." Sayangnya Gotham itu adalah kota, sedangkan Indonesia adalah negara dengan gugusan ribuan pulau. Perlu berapa Batman buat Indonesia?.  Coba tanyakan kenapa FPI merajalela tanpa ada pembubaran organisasi secara resmi ataupun secara internal. Karena tindak kekerasan berlandaskan pemikiran yang dangkal dan bodoh mereka dimaklumi dan ditakuti oleh masyarakat Indonesia itu sendiri. Perlu hukum rimba biar mereka sadar kalau mereka tidak memiliki kuasa untuk negara ini. Masyarakat Indonesia sudah bukan jamannya lagi bermental tahu sutra menghadapai masalah yang sebenarnya bisa selesai sebelum lumpur lapindo meluber sampai Surabaya. Capek sih ya kalo ngomongin mereka. Saya berdoa saja, semoga orang-orang di Indonesia tidak perlu merasakan pengulangan sejarah kelam ala Indonesia tahun 1965, if you know what I mean.

     FPI adalah gambaran besar dari masalah yang melanda Indonesia. Lalu ada kasus korupsi, pelanggaran HAM, pembunuhan, pemerkosaan dll yang masih ga ada juntrungan dan keadilannya sama sekali. Kita ini masyarakat yang aneh, yang merasa candu dicurangi oleh orang-orang yang tidak adil namun berkuasa. Mau sampai kapan?. Nonton film 5cm sesering apapun tidak serta merta membuat semua masalah yang saya sebutkan sebelumnya tuntas sampai ke akarnya. Saya juga baru kemarin nonton film itu dan hanya terkesan dengan keindahan alamnya doang. Malah sepanjang film, saya mikir, "ini film kok scriptnya lebay banget." Saya sadar saya bukan seseorang yang vokal dalam menyuarakan keadilan. Boro-boro, mencari solusi dari masalah negara, baca beritanya aja males. Setahun ini, ke-masa-bodo-an saya memberi efek pada keseharian saya. Baca koran, ngga. Nonton berita, ngga. Diskusi apalagi. Cuman karena saya berpikir, semua aspek kehidupan ini isinya kepalsuan. Don't you dare to think I'm playing saint here. Saya juga punya peran menjalani kehidupan yang isinya udah ga ada asli-aslinya sama sekali. Saya masih pakai jalan yang ga tau dibangun dari duit apa, masih minum air-nya Indonesia, makan dari hasil bumi Indonesia padahal saya ngga peduli dan ga mau tau apa yang terjadi di negara ini. Bodo amat, yang penting saya hidup. Bermanfaat bagi diri sendiri dan tidak berbuat jahat kepada orang lain. Saya percaya Indonesia masih bisa diselamatkan, asal masyarakatnya mau memulai sebuah gerakan. Jangan omong kosong. Jangan cuman kenceng di depan tapi memble di belakang. Kalian manusia dan punya hak untuk merdeka. Merdekakan diri, setelah itu bantu negara kalian untuk merdeka. Vox populi vox dei. Eymen!. 

     ps: tidak ada "Dirgahayu Indonesiaku" untukmu tahun ini, Indonesia. Tidak. Ada.

0 comments: