Tampilkan postingan dengan label daily. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label daily. Tampilkan semua postingan

the 1975's self-titled debut


the 1975, honestly I really didn't get it the first time I heard their name. Fucking hell thank you so much, Google!, for a meaningful introduction. They're basically brand new, unless you really count their 4 EPs over the past year. I'd like to say that they're actually artists-slash-newborn pop singers. well, i shouldn't have visited iTunes at the first place and bought the album impulsively  *sighs*

album debut the 1975 ini sama persis kaya makan sebungkus microwave popcorn dengan ratusan rasa di dalamnya. enak banget sampe ga bisa berhenti makannya tapi di tengah-tengah itu semua yang makan jadi bingung buat nentuin rasa apa yang paling jadi favoritnya. good thing I found my favorite flavor (of the tracks), which was Indie Pop. you can find it in 'Chocolate' and 'Settle Down' (my favorite track!). 

pusing?. banget!. dilempar dari genre indie hits yang kental dengan permainan gitar yang berat sampe ke disco funk-buat joget terus diseret ke ballad solo piano , menurut kamu?. tapi album ini dihibur dengan lirik-lirik epic sarcastic yang ditulis sama Matt Healy (vocal&guitar). lirik yang sarat sarkasme ini ga susah dicerna karena banyak mengandung literal scenes. di track 'Sex' misalnya, and I'm not trying to stop you love/ but if we can't do anything we might as well as fuck. kemampuan menulis lirik dan bikin lagu yang bagusnya masih belum apa-apa dibandingin sama Alex Turner, tapi open minded sama pendatang baru juga ga ada salahnya kan?. actually it is as playful and sarcastic as Alex's.

sejak saya memutuskan beli album mereka, resmi juga status 'ke-kini-an' saya di mata dunia. ditarik 5 tahun ke belakang, belum pernah rasanya saya dengerin musik yang dihasilkan dari bocah kinyis-kinyis, bubble gum face, dan rambut ala Skrillex (just because I never listened to any Skrillex's songs. oh, was that really a song?). selalu ada yang pertama kali untuk segalanya. aye?.

notable tracks: Chocolate, The City, & Sex.


Currently Listening to...



The Used - Vulnerable




 
Madonna - Celebration



The Cranberries - Roses


 Roxette - Travelling


Saint Etienne - London Conversations: The Best of Saint Etienne

my little piece of heaven






























           Taken this morning, about 8 am. These flowers are irresistable. Everytime I open my windows, I can see them and it makes me beaming like everyday, every morning. You are beautiful and I love you, my little piece of heaven  :)

Currently Listening to...




Paul McCartney - Kisses On The Bottom

Bing Crosby - Songbook


Roxette - Charm School

a day to embrace

          I haven't slept since my last post and it's been..uumh, 27 hours?. Amazingly, I didn't supported by any kind of caffeine. Hoo-rah! Today was just another good day, well I have to keep it in mind, everyday is a good day for me. I'm getting sick with my weight-loss, my hair-loss and not to mention that I am seriously ill. But today I did something that I love, something that I considered as my mental therapy and it's cooking !
          I've got some ideas what to cook for brunch, lunch, light meal and dessert yesterday. God bless my attempt to make dessert  :)  and so with everything left in my fridge etc, right after I got home from work this evening I started to make Spicy Buttermilk Baked Chicken. Actually, I haven't cooked it but I marinated the chicken so they can rest for a night before I bake them tomorrow. I will post the recipe later. After I'm done with marinating the chicken, I made Kiwi Jelly Panna Cotta  *sigh*. I'm not really into sweets but I need it. Since panna cotta is easy ( I think so), I have no choice but to make it. That was my very first attempt to make a 'serious' dessert. I made cupcakes before but that's a piece of cake for me than keeping my eyes to the boiling cream and milk. It's still in my fridge, waiting to be set and I hope for a good result. We'll see.



           What I did last night...til the morning comes


           Today was start with raining. Taken at the last minute before I went to work. Guess the sky was crying for me, maybe  :)



marinating the chicken



         Waiting to be set. Hope I made it   :p




           The next dessert experiment will be ........  Chocolate Cherry Almond Tart!


            My body's trembling already. Gotta go to sleep and ready to welcoming February  :)  Cheers!

are you ready for 2012?

             
        Christmas has passed and we all just can’t wait for new year. Say hello to 2012. This is the first time that I feel time really flies.  However, 2011 as I remember was a wild year. I always say my previous year was a wild one. Come on, is there anyone feel happy for 365 fuckin days?. Saya mungkin ga terlalu ngerasain gimana waktu itu berjalan sedemikian cepatnya, karena saya disibukkan oleh kegiatan dan perubahan-perubahan yang saya lakukan. Terlepas dari itu masih melalui proses yang panjang alias PR tahun lalu ataupun sesuatu yang memang harus saya kerjakan dan memberikan hasil yang positif sebagai penutup tahun yang manis.

        Am I ready for 2012?. Eventhough I say no, but I have to, yes?. I don’t have any excuse to say no. I believe it will be something great. I’m gonna turn 21, get my internship in Bali, and still..struggle to finish my study. Why the heck I should not feel ready for 2012?. I don’t think it’s something creepy after all. Mungkin bagian menariknya saya merasa tertantang. Ya bukan kaya tertantang buat naik sling shot atau bungee jumping juga. I’m craving to know what this new year will offer me. Proses pembelajaran dan pendewasaan diri yang akan masuk part 2 atau kembali ke kehidupan hura-hura menghabiskan masa muda?.

        Ibaratnya lagi jalan, kaki ini susah disuruh melangkah dari tahun ini. Not really my first time, tapi tetep aja. I can’t count my blessing, Tuhan begitu baik memberi saya segala kesempatan, semua kenangan dan orang-orang baru yang datang membawa semua rasa yang saya nikmati setiap detiknya. Lesson learned, people still changes. Some of them just left, others stay where they should be. Saya juga yakin ini semua tidak berhenti disini. Masih banyak lagi yang harus saya temui dan saya lalui. Berkata tidak bukan pilihannya kalau belum dijalani. Mungkin di tahun 2012 saya akan lebih banyak lagi menghadiri resepsi nikahan teman-teman saya, perayaan wisuda mereka, nonton konser (I wish),or simply just give myself a break for holiday. Bagaimanapun juga, saya menikmati semua proses yang terjadi dan masih menunggu what other surprises will come for me.

        Are you guys busy with new year’s resolution?. Because I am not. Ada beberapa faktor inkonsistensi yang bikin saya setengah mati ogah bikin daftar resolusi. Antara ga butuh dan takut my mission wouldn’t accomplished. Saya sadar, makanya saya berani bilang saya tidak dalam fase denial untuk benar-benar tidak mau bikin daftar resolusi. New Year’s Resolution list is not my thing, that’s it. Saya punya beberapa rencana yang tidak butuh embel-embel “I will blabla”. Tidak ada yang salah dengan daftar resolusi, some of guys mungkin butuh sebagai reminder, sedangkan saya lebih cenderung untuk finish what I’ve started. Stick to your plans, suck it up and finish it with pride. Pencapaian kita, baik itu mempengaruhi diri sendiri maupun orang lain akan selalu punya result point yang balik ke diri kita. Terlalu banyak ngomong akan melakukan ini itu, berubah sana sini juga tidak akan membawa kita kemana-mana. Ya Tuhan, saya baru saja menciptakan pengingat di dalam tulisan saya. Well, after all you guys should have some or could be a lot of fun on New Year’s Eve, get some sleep and say hi to the first day of 2012. Cheers!


kampus dan bu Sus



Kampus tanpa rokok. Apa sih yang ada di pikiran kalian begitu melihat ada pengumuman besar di depan gerbang sebuah universitas yang menuliskan aturan ini?. Kebanyakan bilang, “gila ya?.ngapain sih ada aturan kaya gitu?,” “kampusmu kebanyakan gaya, kebanyakan tingkah banget sih.” Well, sumber omongan ini adalah beberapa orang teman yang masih sama-sama duduk di bangku kuliah dan kampusnya ga punya aturan serupa ini. Alkisah, kampus-kampus swasta di Surabaya menggalakan “KAMPUS TANPA ROKOK.” It was a breakthrough, at first. Apakah hal ini diterima begitu saja oleh para mahasiswanya?. Keep reading, guys
Konsep awalnya (yang terjadi di kampus saya) adalah kampus bebas rokok. Konsep ini masih memperbolehkan semua elemen universitas untuk melakukan aktivitas merokok di lingkungan kampus. Dulunya malah lebih rock n roll lagi, mahasiswa bisa ngerokok di dalam kelas. Wow.. koridor di dalam gedung ternyata masih belum cukup ya. Ternyata hal ini menimbulkan banyak keluhan dan para petinggi kampus kocar-kacir nyari jalan keluar. Dibuatlah peraturan kampus bebas rokok. Jadi selamat tinggal deh bisa ngerokok sembarangan. Seorang alumni bercerita kalo beberapa hari setelah dikeluarkannya peraturan itu, para mahasiswa protes dan menggelar acara merokok bersama di salah satu area bebas di kampus. Rada norak sih. Padahal kalo aja mau diajak mikir, sebenernya hal itu ga perlu dilakuin juga. Dikira rektor bakal serta merta melunak dengan aksi itu?, tentu tidak. Di lain pihak, alasan pihak kampus juga rada terselubung sih, yaitu “manusia merusak tubuhnya yang merupakan bait Allah.” Oke deh ya yang kampus religius. But they should know their excuse was ridiculously-religious. That’s it.
Sampe tahun ketiga saya kuliah di kampus ini, semuanya baik-baik aja. Mau ngerokok ya tinggal ke parkiran atau di pinggir lapangan dalam kampus. Lah kok iya, abis liburan natal dan tahun baru 2011, kita nginjek kampus lagi karena ribet ngurus semester pendek malah disambut dengan baliho gede yang berisi, “mulai 1 Januari 2011, Universitas (……….) adalah KAMPUS TANPA ROKOK.” And yes, all caps and bold. Intinya semua elemen kampus, mahasiswa maupun karyawan dilarang keras merokok di dalam lingkungan kampus, di semua area yang masih berada di dalam pagar kampus. Mau marah?, udah males. Mau protes?, ga bakalan ada yang nanggepin. Hasilnya ya sahut-sahutan ngomel dalam hati masing-masing, cuap-cuap di social media dll. Para lelaki kalo lagi ngumpul udah ga ada beda ama cewe-cewe, saling gosip, saling laknat, yeah you name it. Tapi ya still, ga bisa ngapain-ngapain.
Solusinya jatuh pada warkop di parkiran depan kampus. Iya, harus jalan sekian meter, nyebrang jalan, kena panas dll cuman buat merokok. Apa mau dikata, daripada ketangkep sama mata-mata utusan salah satu organisasi kampus dan besoknya status kita bukan mahasiswa lagi di kampus, ya dilakuin aja akhirnya. Ga pernah ada yang nyadar bahwa dari peraturan itu ternyata ada keuntungannya juga. Buat siapa?, buat ibu warkop, ibu jualan rujak, mas jualan bakso sama ibu warteg. Kita secara ga langsung dan sudah semestinya itu membantu pemasukan mereka sejak berlakunya peraturan kampus tanpa rokok itu. Saya sampe udah temenan ama ibu warkop, Bu Sus namanya. Beberapa bulan ini saya suka nongkrong disitu. Entah cuman nyari kopi pagi2, janjian ama temen setelah kelas atau pengen ngemil rujak aja. Saya beli apa juga sih dari bu Sus ini. Paling kenceng juga minuman ama pisang molen dan itu keluar uang kurang dari 5.000 rupiah. Tapi saya perhatiin pagi, siang, sore ampe malem yang dateng ke warung ini banyak juga dan itu setiap hari. Dengan asumsi 50 orang mengeluarkan maksimal uang 7.000 rupiah, bu Sus sehari dapet pemasukan 350.000 dalam sehari. Karena kan ga mungkin juga kita cuman beli es teh seharga 2.000 per gelas. Banyak yang sekalian ngecer rokok, beli indomie atau kue-kue yang dititipin di warung bu Sus. Coba rata-rata 350.000 itu dikali 6 hari dalam seminggu, lumayan kan. Mereka semua pada bisa nabung dan ga kekurangan. 
Makanya, biar ada minimarket kelas menengah ke atas yang identik dengan warna merah putih itu, ditambah lagi apartemen dengan tenant yang "wah", saya lebih suka duduk di warung bu Sus. Kopinya juga masih rasa kopi, es teh juga bukan teh kemasan, bisa ngerujak ama ngebakso disitu plus kenalan ama anak-anak jurusan lain di kampus. Dan ketika bu Sus bilang dia merasa terbantu sejak mahasiswa sering ke warungnya walaupun cuma numpang ngerokok, saya terharu. Senyum bu Sus dan cara dia selalu manggil saya dgn sebutan “sayang” itu seperti menciptakan surga kecil di hati saya. Begini toh rasanya membantu orang kecil. Mungkin baru saya yang sadar, tapi sooner or later temen-temen saya pasti berpikiran hal yang sama dan semoga itu masih terus bikin mereka betah nongkrong disitu. Membantu pintu rejeki seseorang itu menyenangkan, (yeah..walaupun berawal dari peraturan konyol dan bikin dongkol).

live well, laugh often

Humor, jokes, comedy etc. Saya percaya kita semua suka tertawa. Termasuk ditertawakan. Ngga, saya ngga lagi becanda ini. Tapi belajar menerima kalau kita ditertawakan itu adalah sebuah proses kalau kita juga bisa nerima diri sendiri lebih jauh lagi. Darimana munculnya kesimpulan kaya gini?, well..sebenernya ini juga cuman teori pribadi aja. Apakah ini berhasil diaplikasikan ke kehidupan saya yang sebenernya?. Jawabannya juga masih tergantung, lebih ke setengah-setengah. Karena sense of humor jatuhnya juga ke selera masing-masing. Dulu saya sensitif banget when it comes to sarcastic jokes. Mungkin biasa aja buat yang ngomong, tapi itu ngga berlaku buat saya. Lebih sering tersinggungnya daripada ikut ketawa (getir) nanggepinnya. Semakin saya besar, semakin ngga sensitif lagi sama becandaan yang modelnya sarkas. Boro-boro tersinggung, yang ada malah bales-balesan ngatain. Serang terus pantang mundur ceritanya. I know I have to build my own self defense wall. 

Tapi saya tetap punya batasan buat bercanda. Saya ngga akan menyerang hal-hal yang rentan seperti harga diri pribadi, segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga, fisik dan kekurangan lawan bicara. Kurang sopan dan sama sekali ngga lucu jadinya. Saya memang nyablak, kayanya semua orang yang kenal saya juga tahu tentang ini. Tapi belum pernah dicap nyablak ga guna, yang asbun (asal bunyi). Saya lebih dikenal dengan, bahasa kerennya jaman sekarang sih “nyinyir.” Kayanya ada ajaaaa yang bikin saya nyinyir setiap harinya. I often sweat over small stuffs, kata seseorang beberapa waktu yang lalu. Jadi, yang dikomentarin juga ada aja. Tempo hari, sahabat saya ada yang bilang mulut saya setiap harinya semakin mengibiri perasaan  dan nyilet batin orang tanpa pandang bulu. Dan tidak, saya tidak pernah menyalahkan bunda yang mengandung saya. Mungkin sedikit menyalahkan bagaimana bunda membesarkan saya. Ehem..


Technically saya ngga pernah ngerasain jadi orang lain itu. Maksudnya yang katanya perasaannya dikebiri atau batinnya disilet itu. Kalau saya ambil hati terus menerus, pilihannya saya bisa kena hepatitis dan tambah kurus. Lah abiiisss..makan ati kan di-nyinyir-in terus. Intinya, nyinyir-nya orang2 itu bikin saya banyak tertawa juga. Banyak orang yang suka lupa untuk melihat bright side ketika seseorang nyinyir atau simply say, mengkritik mereka. Buat saya, kalau memang untuk sesuatu yang baik dan bukan asal ngomong, jangan disia-siakan. Saya sering menjadikan kritik seseorang terhadap saya menjadi bahan introspeksi sekaligus humor. Dalam hati sih, bukan malah ketawa di depan orang lain yang lagi ‘baik-baik’ mengkritik kita. Yang ada nanti malah dikira ngegampangin. 


Saya memilih ketika saya menjadikan kritik itu sebagai humor, karena pertama punya sense of humor itu penting. Kedua, itu adalah sebuah kemampuan untuk melihat sesuatu yang lucu dari semua yang terjadi dalam suatu kehidupan ~ and I do believe there is humor in everything. Dari film, acara tv, band atau grup musik salah kaprah jaman sekarang, atau sederhananya dari sekitar kita aja. Tersenyum & tertawa itu menyenangkan rasanya. Karena itu semua memicu pelepasan endorphin, sesuatu yang membuat kita merasa lebih baik. Kalo kata Dale Carnegie, It costs nothing, but creates much. It enriches those who receive, without impoverishing those who give. It happens in a flash and the memory of it sometimes lasts forever.” Akhir-akhir ini, saya lagi suka menertawakan orang-orang yang benci tanpa sebab sama saya. Kenal aja ngga, kenapa musti nyinyir?. Haters macem kaya gitu cuman bisa ditaklukkan dengan senyum and your erecting middle finger’s. You may call it revenge but I did my best to know my enemy, love them, embrace them and just let the moment passes me by. Kalau saya terlalu fokus ngurusin mereka (atau banyak yg lainnya), yang saya sadari adalah hidup saya akan berlalu sangat cepat untuk dihabiskan dengan hal-hal yang ngga relevan dan sepele. Finally I ditched them because life is too short to eat crap, guys. Carpe Diem !